Sunday, 19 April 2015

Peristiwa KAA. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bicara tentang Kemiskinan di Ibu Kota


SAKuningan News - Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 pada Jumat 24 April mendatang diharapkan bukan semata seremonial. Tapi bisa menjadi momentum bagi negara-negara di Asia Afrika itu bisa menyelesaikan permasalahan bangsa.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyebut ada tantangan besar di balik peringatan konferensi berskala internasional itu. Di antaranya mengurangi ketimpangan dalam banyak aspek di berbagai negara.

"Sekarang tantangan kita adalah membereskan ketimpangan di dalam tiap-tiap bangsa," kata Anis di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Bandung, Sabtu (18/4).

Bagi dia, kini ketimpangan tiap negara di Asia Afrika memang tidak terlalu mencolok. Ini justru adalah kemajuan baik, sebab dulu usai penyelenggaraan KAA pertama 1955, ketimpangan negara Asia Afrika dengan Eropa sangat jauh.

"Sekarang ketimpangan antar negara sudah menyempit, tidak melebar. Tapi ketimpangan di dalam negara melebar," ucapnya.

Misalnya DKI Jakarta sebagai Ibu Kota negara begitu melesat perkembangannya. Tapi pemandangan terbalik jika melihat daerah lain yang tertinggal seperti Cianjur, Ciamis bahkan beberapa daerah yang ada di wilayah timur Indonesia.

"Jadi dahulu kita miskinnya rata, sekarang Jakarta sudah dan beberapa kota besar lainnya. Jakarta lihat dengan Singapura, Jakarta dengan New York bahkan dengan London ketimpangannya tidak terlalu besar," jelasnya.

Dia merasa bangga dengan peringatan KAA kali ini. Mata dunia saat ini tertuju pada Indonesia khususnya Bandung. Mereka hadir ke Bandung bukan semata diundang, tapi melihat bahwa Indonesia menjadi negara yang terpandang membebaskan dari kolonialisme.

"Jadi bangsa dunia memilih datang ke Bandung bukan semata diundang saja, tapi ada hal yang lebih yakni melihat Indonesia yang bebas dari penjajahan," Ubarnya.

0 komentar:

Post a Comment